Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Jumat, 25 September 2015

Sudahkah kita mencintai Allah lebih dari apapun?

Share
Suara takbir menggema menandakan bahwa hari ini adalah hari raya Idul Adha. Di Idul Adha selain sebagai momen makan2, terdapat pelajaran masa lalu tentang nabi Ibrahim yang mencintai Allah lebih dari apapun, dihatinya Allah adalah nomor satu. Bayangkan saja Nabi Ibrahim yang sangat mencintai anaknya nabi Ismail saja rela ia korbankan karena lebih mencintai Allah. Semakin tinggi iman seseorang memang membuat ujian yang diberikan juga semakin besar, seperti pohon yang semakin tinggi maka angin yang menerpanya semakin kencang. Kita memang bukan nabi Ibrahim yang diberi ujian Allah begitu berat karena iman kita yang mungkin memang juga tak sebanding dengan beliau. Tetapi kita juga umat muslim yang seharusnya juga mencintai Allah lebih dari apapun.

Kita diciptakan didunia ini sebenarnya untuk menyembah Allah namun sudahkah Allah menjadi nomor satu di hati kita. Benarkah Allah sudah kita cintai lebih dari apapun didunia ini? Lantas kenapa masih bermaksiat, lantas saat Allah memanggil untuk Sholat (Adzan kumandang) kita tidak segera beranjak untuk sholat, lantas kenapa, kenapa dan kenapa, begitu banyak alasan yang kita buat sehingga kita tidak memprioritaskan Allah sebagai nomor satu dihati kita. Jika ada atasan yang memanggil kita untuk datang menemuinya jam 8 kita langsung bergegas dan benar2 takut untuk terlambat, karena jika terlambat akan membuat atasan kita marah dan bisa-bisa kita dipotong gajinya, bahkan sampai dipecat. Jika kita mau menemui gadis yang kita suka (ciyeee) kita berdandan begitu rapi, kita tampilkan penampilan terbaik kita agar si gadis akan nyaman pada kita. Laaaa saat Allah yang manggil kok gak gitu, saat mau bertemu Allah kok gak gitu.

Saat Allah manggil untuk segera sholat, kita menunda2, sebentar Allah aku masih mengerjakan tugas kuliah, sebentar ya Allah aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu, sebentar ya Allah aku masih ngantuk, dan Alasan2 lain yang dibuat2. Saat menghadap Allah kita malah berpakaian seadanya. Bukankah ini kebalik. Jadi sebenarnya siapa yang lebih kita cintai, pekerjaan kita atau Allah, Gadis yang kita suka atau Allah.
Saat gadis yang kita sukai ternyata tidak mau dengan kita atau tidak suka dengan kita, kita patah hati, serasa dunia ini sudah tak berarti, sampai2 hidup ini serasa mati (naudzubillah). Kenapa bisa seperti itu. Karena Allah tidak benar2 menjadi yang nomor satu dihati kita, malah gadis tersebut kedudukannya lebih tinggi daripada Allah dihati kita. Padahal jika kita lebih mencintai Allah, saat kita dipisahkan dengan gadis yang kita cintai, lantas kita akan berfikir,”oh berarti Allah telah menyiapkan untukku gadis yang lebih baik darinya”. Allah memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Benar2 tidak akan ada rasanya patah hati yang terlalu dalam, mungkin ada kesedihan sedikit tapi takkan berlarut2. Dan juga saat Allah mengambil apa yang kita cintai, orang terdekat kita, harta kita. Jika kita mencintai Allah lebih dari apapun, hal tersebut tidak akan menghancurkan kita.

Jadi cintailah Allah lebih dari apapun, sehingga akan membuat hidup penuh dengan ketenangan dan kebahagiaan.
“Jika Allah sudah dihati kita, kita bisa hidup bahagia meski orang yang kita sayangi tidak bersama kita, karena kita sudah memiliki Allah yang maha penyayang”
“Jika Allah sudah dihati kita, kita bahkan dapat hidup bahagia meski kita tidak memiliki segalanya didunia ini, karena kita sudah memiliki Allah yang maha segalanya”
Aku menulis begini bukan lantas aku sempurna, aku pun juga sering lalai, semoga dengan tulisan ini bisa sebagai renungan kita semua saja.

Selamat hari raya Idul Adha 1436 H (dari Rizqi akan berkeluarga hehe)

0 komentar:

Posting Komentar