Suara takbir menggema menandakan bahwa hari ini adalah hari
raya Idul Adha. Di Idul Adha selain sebagai momen makan2, terdapat pelajaran
masa lalu tentang nabi Ibrahim yang mencintai Allah lebih dari apapun, dihatinya
Allah adalah nomor satu. Bayangkan saja Nabi Ibrahim yang sangat mencintai
anaknya nabi Ismail saja rela ia korbankan karena lebih mencintai Allah.
Semakin tinggi iman seseorang memang membuat ujian yang diberikan juga semakin
besar, seperti pohon yang semakin tinggi maka angin yang menerpanya semakin
kencang. Kita memang bukan nabi Ibrahim yang diberi ujian Allah begitu berat karena
iman kita yang mungkin memang juga tak sebanding dengan beliau. Tetapi kita
juga umat muslim yang seharusnya juga mencintai Allah lebih dari apapun.
Kita diciptakan didunia ini sebenarnya untuk menyembah Allah
namun sudahkah Allah menjadi nomor satu di hati kita. Benarkah Allah sudah kita
cintai lebih dari apapun didunia ini? Lantas kenapa masih bermaksiat, lantas
saat Allah memanggil untuk Sholat (Adzan kumandang) kita tidak segera beranjak
untuk sholat, lantas kenapa, kenapa dan kenapa, begitu banyak alasan yang kita
buat sehingga kita tidak memprioritaskan Allah sebagai nomor satu dihati kita.
Jika ada atasan yang memanggil kita untuk datang menemuinya jam 8 kita langsung
bergegas dan benar2 takut untuk terlambat, karena jika terlambat akan membuat atasan
kita marah dan bisa-bisa kita dipotong gajinya, bahkan sampai dipecat. Jika
kita mau menemui gadis yang kita suka (ciyeee) kita berdandan begitu rapi, kita
tampilkan penampilan terbaik kita agar si gadis akan nyaman pada kita. Laaaa
saat Allah yang manggil kok gak gitu, saat mau bertemu Allah kok gak gitu.
Saat Allah manggil untuk segera sholat, kita menunda2,
sebentar Allah aku masih mengerjakan tugas kuliah, sebentar ya Allah aku harus
menyelesaikan pekerjaanku dulu, sebentar ya Allah aku masih ngantuk, dan
Alasan2 lain yang dibuat2. Saat menghadap Allah kita malah berpakaian seadanya.
Bukankah ini kebalik. Jadi sebenarnya siapa yang lebih kita cintai, pekerjaan
kita atau Allah, Gadis yang kita suka atau Allah.
Saat gadis yang kita sukai ternyata tidak mau dengan kita
atau tidak suka dengan kita, kita patah hati, serasa dunia ini sudah tak
berarti, sampai2 hidup ini serasa mati (naudzubillah). Kenapa bisa seperti itu.
Karena Allah tidak benar2 menjadi yang nomor satu dihati kita, malah gadis
tersebut kedudukannya lebih tinggi daripada Allah dihati kita. Padahal jika
kita lebih mencintai Allah, saat kita dipisahkan dengan gadis yang kita cintai,
lantas kita akan berfikir,”oh berarti Allah telah menyiapkan untukku gadis yang
lebih baik darinya”. Allah memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita
inginkan. Benar2 tidak akan ada rasanya patah hati yang terlalu dalam, mungkin
ada kesedihan sedikit tapi takkan berlarut2. Dan juga saat Allah mengambil apa
yang kita cintai, orang terdekat kita, harta kita. Jika kita mencintai Allah
lebih dari apapun, hal tersebut tidak akan menghancurkan kita.
Jadi cintailah Allah lebih dari apapun, sehingga akan
membuat hidup penuh dengan ketenangan dan kebahagiaan.
“Jika Allah sudah dihati kita, kita bisa hidup bahagia meski
orang yang kita sayangi tidak bersama kita, karena kita sudah memiliki Allah
yang maha penyayang”
“Jika Allah sudah dihati kita, kita bahkan dapat hidup
bahagia meski kita tidak memiliki segalanya didunia ini, karena kita sudah
memiliki Allah yang maha segalanya”
Aku menulis begini bukan lantas aku sempurna, aku pun juga
sering lalai, semoga dengan tulisan ini bisa sebagai renungan kita semua saja.
Selamat hari raya Idul Adha 1436 H (dari Rizqi akan
berkeluarga hehe)
0 komentar:
Posting Komentar